KUMPULAN PUISI

Posted by BAGIAN ORGANISASI SETDA KAB. SAROLANGUN on 07.27 with No comments


BERUK BERKALUNG BUNGA
(efprianto 4 Jan 2012)

satu tangan bila makan tidak cukup
penuh tangan juga tidak cukup
tambah kaki juga tidak cukup
dalam mulut juga tidak cukup
dimakan juga tidak cukup
dikasih minta tambah
diberikan, tuan dicibirkan
dapat tidak mau melepas
ketika digengam menguasai
perasaan hilang tak peduli
Rasa malu sudah kebal diri
hasut dan dengki disebari
ketika dapat mau menang sendiri
milik..negeri..seolah-olah milik sendiri
dijadikan kepentingan pribadi
tidak tahu untuk apa itu diberi
tidak pernah diam setiap hari
tidak terawat, rusak mengelak diri

Setitik Darah Kehidupan Bagi Orang Lain
(efprianto 8 peb 2012)

wahai..anak bangsa
kaum..pelita...
berjuta umat manusia tergeletak....
membutuhkan...perhatian kita..
mari bersama...memberikan sesuatu yang ita punya....
setetes darah kita akan mendapat pahala
setetes darah kita akan menjadi keluarga
setetes darah kita akan meperoleh surga
setetes darah kita akan terhindar dari buru sangka
setetes darah kita tumbuh rasa cinta
tidakah kita merasa s
suatu saat nanti kita akan membutuhkan juga
cara ini Allah halalkan pula
do'a akan setetes darah menentukan kita
terhindar dari mara bahaya
do'anya...penerima...membuat kita sehat pula
tidakpun akan kita berikan mati kelak akan kita bawa
dengan sia-sia....lagi hidup selalu lupa....
bahwa setetes darah banyak berjasa

Haus di Tengah Laut
(Efprianto 3 Jan 2012)
terobang-ambing
di atas kapal yang dahulunya rakit pisang
aku berada di atasnya
aku melihat kekanan, kiri, muka belakang
sebatas mata memandang
aku tidak menemukan ujung pinggiran air
semua terbentang luas
kapal yang aku naiki lengkap dengan segala fasilitas minimal
tapi.....
Kenapa aku masih haus
kering kerontang ibarat di padang pasir
ternyata setelah aku fikir
fasilitas tidak bisa menjamin kita dapat melepas dahaga
bahkan bisa membuat kita terlena....
terlena akan kewajiban kita
baik sebagai makhluk hamba
maupun makluk keluarga
kita bertanya kenapa....?
aku haus....
ternyata bukan tidak minum
tapi sesuatu yang dulu ada
kini telah tiada
sesuatu yang dulu cemerlang
kini telah hilang
dulu yang dulu kasih...
kini telahan kasihan....

Titik Embun, Hujan dan Bumi
(efguru 3 Pebruari 2012)

habis malam, embun menyambung pagi
bergores susah telah kulewati,
embun pagi sebagai secercah rezeki
sekalipun belum dapat melepas haus diri
itu juga telah aku syukuri.
masa-masa menjadi embun aku dan bumi
selalu terpatri dengan kesulitan diri

kini aku si embun telah menjadi titik hujan,
menjadi titik air sumber rezeki,
untuk pelepas dahaga sudah terpenuhi,
lelah letih ada yang menaungi
mau ini...dapat dibeli...titik air ku kira akan menjadi
bahagia dalam diri.

dimasa embun bumi selalu seiring berlari
dimasa titik air menjadi tak terkendali lagi,
bumi lupa bahwa embun dan air menjadi sumber kehidupan dibumi.
akankah aku akan menjadi kumpulan air yang lebih lagi,..?
aku tidak sanggup lagi....berkah titik air...membuat bumi lupa diri
tidakkah rasa menghargai....
tiba saatnya....entah apa lagi yang akan terjadi...
aku pasrah diri......
aku tidak mampu menerangi bumi...,
ingin rasanya melepas diri....
namun sayang...hasil bumi....membuat aku terpatri
kini aku merenung diri,
sambil berdo'a menunggu hasil bumi lebih mengerti.
kalau tidak bumi....dapat menyadari...

LEBAH BERBICARA
(Efprianto, 30-1-2012)

Hai....manusia....aku bergayut di ketinggian
bertarung nyawa mencari kehidupan
berkembang dengan titik isapan madu kembang
kini aku sudah kering kerontang....
kau tarik, kau koyak-koyak sarang...
hai..manusia.., pernahkau kau merasa.
dari titik madu yang aku kumpulkan, kini kau ambil
dengan penuh garang, kau jadikan ini peluang
anak dan bayiku kau jadikan pajangan
bahkan kau perlihatkan bangkai-bangkai anak dan saudara ku di keranjang
begitulah cara mu menghisap madu..
kau teguk, sehingga kau menjadi sehat....
kau jadikan aku obat
inilah se-umpama rakyat di dunia mu....hai manusia


Pedih yang tak terasa
(Efprianto, S.Pd.,M.Pd. 30-1-2012)

ku..jejakan kaki di bumi ini
takdir yang tidak aku kehendaki
ku lahir tampa aku minta
aku hadir karena kehendak
jadikan aku...tidak....
sebagai makhluk yang kecil bagai sebutis pasir di padang hampa
bergelumat dengan tiupan angin dan injakan kaki manusia
jadikan aku...tidak...
sebagai umat terlunta....
sekalipun takdir aku hadir dimuka....
hidup sekalipun membawa luka....., terasa pedih tapi bermakna,
kecil...aku timba...besar....aku..terima
terpaan hujan sudah biasa, hinaan itu sudah kurasa
letih...sudah bersua.....
kini akhirnya aku dewasa,....
hari-hari....tak putus asa.....


KU CACIR PEMBANGUNAN

Katanya ia pembela rakyat

Katanya ia membangun untuk rakyat

katanya ia membawa suara rakyat

Katanya ia memenuhi keinginan rakyat

Katanya ia ....pejuang untuk rakyat

Katanya ia penyalur aspirasi rakyat

Katanya ia mewakili rakay....

pendidikan yang terimbas dari pembangunan yang lain

itukah.... coba lihat saudara ku....

apa yang kalu lahirkan dari gedung rakyat yang kau...tempati

lihat kesulitan rakyat yang kau katakan membela rakat,

kau putuskan aturan yang memberatkan rakayat,

jeritan rakyat untuk berobat, jeritan rakyat untuk mendapatkan setitik darah

yang di beli dengan harga yang tidak pantas.

biaya inap yang cukup deras,

putusan atas nama rakyat

pernahkah kau, lihat...?pernahkah kau kritisi....? beban parkir saja di rumah sakit wa'alam ya raby.....apalagi motor nginap, mobil nginap,

pernahkah kau....meniatkan diri....saja merubah ini?

Mahal menginap mobil, motor dan orang sama-sama bersaing.

wahaaiiiiiisaudara ku....., umpamakan kepada dirimu...pada waktu dulu...y

yang belum punya apa-apa....?

sejukan hati rakyat mu......, dengan perhatian kepada nya,

buatlah terobosan PAD yang tidak menyengsarakan rakyat mu.......
KUTILANG SELALU GEMBIRA
(Efprianto 2 Jan 2012)

Pedih, duka dan lara
ku jalani parahu bahtera, sakit selalu mendera
kasih membuat ku terlunta
dari aku tak punya, kini aku berada
mengapa cobaan datang jua,
lirih merintih dalam dada
terluka masih bisa aku bawa,
derai tangis air mata, kering dalam kelopak mata
aku masih gembira, masih ada sang belahan jiwa,
anak-anak ku putra-putri bangsa,
pengapus duka dan lara.
Allah lagi mencoba....
bisakah aku...aku...tertawa....dalam lara...?
seperti kutilang selalu gembira...
pernah terkuak...duka lara mereka....
selalu berbunyi....saatnya tiba.
lama sudah aku merasa, bertahan apakah bisa jua...
terurai senyum rasa terpaksa,
karena sayang pada anak bangsa.
hai...kutilang....yang selalu gembira,
bagaimana cara mu bisa tertawa,
Rasanya tak mungkin aku tiru jua....
habis sudah....klimak dalam dada,
kini aku serahkan pada yang kuasa,
ku panjat do'a sebagai hamba.
saatnya tiba...aku pun rela.
sekalipun kutilang...ikut tertawa.

YANG BERBUAT SALAH
(Efprianto, S.Pd.,M.Pd.)

dalam dunia yang terang
dalam semakin meningkatnya pengetahuan dalam ilmu yang semakin berkembang
dalam aturan yang jelas
dalam norma yang pantas
dalam banyak teman yang yang mengerti
dalam wejangan yang baik
dalam otak yang waras
dalam ekonomi yang mapan
dalam ketidak sulitan untuk makan
dalam beribadah yang dijalankan
kenapa ada ada korupsi
kenapa ada kolusi
kenapa ada yang tidak serasi
kenapa masih tidak peduli
kenapa selalu membuat orang lain rugi
kenapa masih tertutup pintu hati
kenapa selalu iri
kenapa selalu dengki
kenapa kerja asal jadi
kenapa.....kenapa.......
lantang sudah suara demontrasi menuntut
lantang sudah semua rakyat menjerit
lantang sudah semua bencana alam yang telah di uji oleh Allah
lantang sudah rakyat miskin meminta
lantang......lantang......lantang
                                                                                 Bangko, 26 Jan 2012

Kota kelahiran ku

Ef. 23/10/14

Kapankah tidak membisu..

Yang lain sudah maju….

Engkau tetap begitu…..

Tidakah engkau sadari bahwah umur mu….sudah dahulu…

Kini sajak terseok..seok untuk maju….

Terbersit pula pimpinan negeri memisah diri

Darimana sumber rezeki negeri..

Tak akankah nanti menjadi anak tiri negeri ini

Sudahlah….., kalaupun ini terjadi…

Bersiap-siaplah isi negeri tidak dapat maju lagi

Aku membayangkan….kota kelahiran ku….nanti

Tak bisa apa-apa lagi

                “Diam”

Bangko, Ef 23 Oktober 2014

Aku diam…… karena aku berbicara tidak didengar….

Aku diam……karena percuma tidak di anggap

Aku diam……karena aku tak mau sewot….berdebat kata

Aku diam……untuk tidak meminta apa-apa

Aku diam……untuk tidak merepotkan siapa-siapa

Aku diam……berjanji tidak minta dilayani sebagai raja

Aku diam……bekerja apa yang aku bias

Aku diam……sekalipun tidak menjadi kewajiban utama belahan jiwa

Aku diam……ingin menjadi baik ditengah keluarga

Aku diam……ingin menjadi pelayan belahan jiwa

Aku diam…...walau karya tidak bermakna

Aku diam…...memendam persoalan diri dalam bekerja

Aku diam…...untuk tidak menjadi beban keluarga

Aku diam…...saat masih bisa dan kuat berusaha

Aku diam…...untuk selamannya bila saatnya tiba

Maka…..Aku diam untuk selama-lamanya.

Tempat (ef.25 okt 2014

Tiada tempat untuk mencurahkan cerita

Duka derita

Di saat aku terengah

Disaat aku ada beban masalah

Aku tak dapat bercerita

Melepas duka dan lara

Apa yang seharusnya ku lakukan

Sementara derita dalam keluarga susah bersama

Tapi kini yang ada

Senang baru berasa bersama

Categories: